Apa Itu Bearish dan Bullish di Pasar Saham? Halaman all
PEXELS/BURAK K
Ilustrasi saham. Apa itu right issue saham? Right issue adalah juga dikenal dengan HMETD. Simak pengertian right issue atau arti right issue.
Logo Banteng dan Beruang di Pasar Modal, Apa itu Bullish dan Bearish?
IDXChannel - Bullish atau Bearish merupakan istilah untuk menggambarkan kenaikan dan penurunan kondisi pasar modal. Bullish yang digambarkan dengan logo banteng, menggambarkan suatu kondisi pasar yang sedang mengalami tren kenaikan atau sedang menguat.
Oleh karena itu banteng digambarkan sedang menyerudukkan tanduknya ke atas yang artinya pasar sedang uptrend.
Mengutip berbagai sumber, Jumat (30/7/2021), setelah mengenal bullish, maka tidak salah lagi kebalikan dari bullish yaitu bearish. Bearish merupakan istilah untuk menggambarkan kondisi pelemahan pasar atau tren turun.
Berdasar kata ‘bear’ yang artinya beruang, logo beruang ini digambarkan mencakar ke bawah. Logo bearish merepresentasikan pertumbuhan ekonomi yang melambat, tingkat pengangguran yang bertambah, defisit neraca perdagangan, dan beragam faktor lainnya yang dapat menyebabkan downtrend yang terjadi.
Setelah mengetahui masing-masing arti dari bullish dan bearish, maka perlu diketahui juga indikator suatu kondisi pasar sedang mengalami bullish atau bearish.
Seperti yang telah disebutkan, indikator pertama adalah ketahui dengan moving average. Dengan melihat moving average, investor bisa mengetahui apakah pasar sedang naik atau turun.
Jika grafik moving average sedang berada di bawah, hal itu berarti pasar sedang mengalami bearish. Begitupun sebaliknya.
Indikator kedua yang bisa digunakan adalah dengan grafik candlestick. Singkatnya, grafik candlestick ini dapat dilihat dengan warnanya. Jika candlestick berwarna biru, maka kemungkinan pasar sedang alami bullish. Begitupun sebaliknya jika candlestick berwarna merah.
Adapun cara lain yang dapat ditempuh untuk mengetahui kondisi pasar adalah dengan membandingkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dengan membandingkan pergerakan saham sesuai dengan atau tidak. (TYO)
(Ditulis oleh: Firda)
Analis & Investor Asing Bullish, Saatnya Borong Emas Antam?
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas Antam sepanjang pekan lalu mampu menguat 0,53% saat perhatian pelaku pasar tertuju pada dinamika di Amerika Serikat (AS) yang memberikan dampak besar ke pergerakan harga emas dunia. Di pekan ini, harga emas dunia diramal akan kembali naik, sehingga harga emas Antam berpeluang terkerek.
Mengawali pekan ini, harga emas batangan produksi PT Aneka Tambang (Antam) Tbk. ini stagnan. Emas dengan berat 1 gram dibanderol Rp 948.000/batang, sama dengan harga Sabtu pekan lalu.
PT Antam menjual emas batangan mulai satuan 0,5 gram hingga 1.000 gram. Tetapi harga jualnya belum termasuk pajak 0,9% bagi pembelian tanpa menggunakan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), dan 0,45% dengan NPWP.
Berat Harga Dasar Harga NPWP (+Pajak 0.45%) Harga Non NPWP (+Pajak 0.90%) 0.5 gr 524,000 526,000 528,000 1 gr 948,000 952,000 956,000 2 gr 1,836,000 1,844,000 1,852,000 3 gr 2,729,000 2,741,000 2,753,000 5 gr 4,515,000 4,535,000 4,555,000 10 gr 8,975,000 9,015,000 9,055,000 25 gr 22,312,000 22,412,000 22,512,000 50 gr 44,545,000 44,745,000 44,945,000 100 gr 89,012,000 89,412,000 89,813,000 250 gr 222,265,000 223,265,000 224,265,000 500 gr 444,320,000 446,319,000 448,318,000 1000 gr 888,600,000 892,598,000 896,597,000
Harga emas Antam sangat terpengaruh pergerakan harga emas dunia yang di pekan ini kembali diprediksi naik, berdasarkan hasil survei mingguan Kitco.
Survei terhadap 14 analis di Wall Street menunjukkan sebanyak 11 orang atau 79% memberikan proyeksi bullish (tren naik), sisanya netral, tidak ada satu pun yang memberikan proyeksi bearish (tren turun).
Sementara survei yang dilakukan terhadap investor dan pelaku pasar lainnya atau yang dikenal dengan Main Street, dengan 862 partisipan menunjukkan 70% memberikan proyeksi bullish, 18% bearish, dan sisanya netral.
Artinya, mayoritas analis dan investor kompak melihat harga emas akan naik di pekan ini.
Semua hal yang terjadi di AS sepanjang pekan lalu memang mendukung kenaikan harga emas. Bank sentral AS (The Fed) dalam pengumuman kebijakan moneternya masih belum memberikan kejelasan kapan tapering atau pengurangan nilai program pembelian aset (quantitative easing/QE) akan dilakukan.
Spekulasi tapering tidak akan dilakukan di tahun ini menguat setelah pertumbuhan ekonomi AS di kuartal II-2021 dilaporkan sebesar tumbuh 6,5% di kuartal II, sedikit lebih tinggi ketimbang kuartal sebelumnya 6,3%, tetapi jauh di bawah estimasi Dow Jones sebesar 8,4%.
Kemudian, inflasi berdasarkan berdasarkan Personal Consumption Expenditure (PCE) di bulan Juni dilaporkan melesat 3,5% (year-on-year/YoY), lebih tinggi dari bulan sebelumnya 3,4% YoY, tetapi di bawah hasil polling Reuters sebesar 3,7%. Pertumbuhan tersebut merupakan yang tertinggi sejak tahun Juli 1991.
Inflasi tersebut sudah tinggi, tetapi dengan lebih rendah dari polling, tentunya menguatkan pernyataan The Fed jika inflasi tinggi hanya bersifat sementara. Artinya, tekanan bagi The Fed untuk segera melakukan tapering mereda. Emas pun berpotensi berjaya.
Edward Moya, analis dari OANDA mengatakan emas perlu melewati US$ 1.838/troy ons terlebih dahulu untuk memicu penguatan lebih lanjut.
“Ketika kita melihat emas melewati US$ 1.838/troy ons, maka emas akan menuju US$ 1.850/US$. Selanjutnya ketika emas mengakhiri perdagangan harian di atas US$ 1.850, maka aksi beli teknikal akan semakin bertambah, dan kita tidak akan melihat banyak resisten hingga di US$ 1.860 sampai US$ 1.870/troy ons,” kata Moya sebagaimana dilansir Kitco, Jumat (30/7/20210)
TIM RISET CNBC INDONESIA