RI Mau ‘Buang Dolar’, Apa Dampaknya?

]

Jakarta, CNBC Indonesia - Tren langkah membuang dolar Amerika Serikat (AS) atau de-dolarisasi sedang dilakukan oleh beberapa negara maju seperti Rusia, China dan Jepang.

Tak hanya negara maju, negara berkembang pun mulai melakukan hal serupa, agar mata uang lokal dapat digunakan untuk transaksi antarnegara maupun memperkuat transaksi di dalam negeri.

Di kawasan Asia Tenggara, Thailand dan Malaysia, bahkan Indonesia pun tak kalah dengan China, Jepang dan Rusia. Sementara di Afrika, negara Zimbabwe pun pernah melakukan hal yang sama.

Di Indonesia, Bank Indonesia (BI) mengaku telah menuntaskan transaksi penggunaan mata uang lokal antar negara atau local currency settlement (LCS) untuk Indonesia dan China.

Gubernur BI Perry Warjiyo mengemukakan seluruh persyaratan dan teknis operasional LCS antara Indonesia dan China sudah selesai. Bahkan, bank sentral telah menunjuk beberapa bank untuk mendukung transaksi LCS Indonesia - China.

“Teknis penunjukan bank sudah selesai, sampai juga mekanisme teknisnya,” kata Perry dalam konferensi pers pengumuman hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Edisi Juli, Kamis (22/7/2021).

BI, sambung Perry, bahkan sudah melakukan sosialisasi kepada kementerian lembaga hingga dunia usaha. Menurutnya, LCS dapat meningkatkan ekspor nasional di masa yang akan datang.

“Insya Allah LCS akan berkontribusi mendorong ekspor,” kata eks Deputi Gubernur BI tersebut.

LCS sendiri merupakan kerja sama antara bank sentral Indonesia dengan sejumlah bank sentral negara lain. Kerja sama ini memperbolehkan penggunaan mata uang lokal setiap kali berlangsung transaksi perdagangan bilateral maupun investasi.

Dengan kerja sama LCS, maka kedua negara bisa sama-sama mengurangi ketergantungan terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Artinya dalam setiap transaksi, kedua negara tak lagi perlu untuk menukar dolar seperti yang saat ini dilakukan.

Transaksi di LCS ini mencakup penggunaan kuotasi nilai tukar secara langsung serta perdagangan antar bank untuk mata uang negara tersebut dan rupiah. Selain itu ada juga sharing informasi dan diskusi secara berkala antar otoritas.

Kesepakatan LCS antara Indonesia dengan Jepang, Thailand dan Malaysia sudah berjalan lebih dulu. Pengusaha cukup banyak yang memanfaatkan hal tersebut. Terbaru adalah dengan China.

China yang merupakan mitra dagang utama Indonesia. Dalam 6 bulan tahun ini, ekspor non migas ke China mencapai US$ 21,2 miliar dan impor US$ 25,2 miliar. Kedua negara telah telah menyelesaikan mekanisme teknis dari pelaksanaan LCS.

“Teknis penunjukkan bank sudah selesai, sampai juga mekanisme teknisnya,” kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers pengumuman hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Edisi Juli.

Dalam waktu dekat kalangan dunia usaha sudah bisa memanfaatkan fasilitas tersebut. Sehingga tujuan dari adanya LCS bisa tercapai.

“LCS ini tidak hanya memfasilitasi pembayaran perdagangan melalui LCS yaitu yuan dan rupiah tapi kita arahkan melakukan implementasi berbagai program pendalaman pasar uang sehingga tidak hanya mata uang untuk transaksi tapi bagaimana dari mekanisme ini mendukung transaksi valuta asing rupiah yuan,” terangnya.

Halaman 2»

Selamat Tinggal Dolar AS, Indonesia Pakai Yuan agar Gejolak Rupiah Bisa Diturunkan

]

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan ekspor Indonesia pada bulan Juni mencapai 18,55 miliar dollar AS.

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Bank Indonesia segera melakukan kerja sama Local Currency Settlement atau penggunaan mata uang lokal dalam transaksi perdagangan dengan China.

Awalnya Bank Indonesia menargetkan, pelaksanaan tersebut akan terjadi pada Juli 2021 atau bulan ini, sehingga Indonesia bersiap mengucapkan selamat tinggal ke dolar Amerika Serikat (AS) karena akan berganti dengan yuan.

Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira mengatakan, nilai total perdagangan Indonesia dan China tembus 71,4 miliar dolar AS di 2020 dan terus berkembang hingga porsi ekspor menjadi 22 persen per Juni 2021.

Baca juga: Pemanfaatan IT untuk Kurangi Kontak Tenaga Medis dengan Pasien Covid-19 di Wisma Atlet

“Karena ukurannya sangat besar maka dampak penggunaan yuan untuk ekspor bisa menurunkan volatilitas nilai tukar rupiah terhadap dolar AS,” ujarnya melalui pesan singkat kepada Tribunnews, Jumat (23/7/2021).

Apalagi, Bhima menjelaskan, pemakaian yuan ke depannya membuat Indonesia lebih bersiap hadapi tapering off atau perubahan stimulus moneter AS.

Selain itu, pelaku usaha juga mendapatkan keuntungan dengan penggunaan yuan untuk transaksi perdagangan dari sisi penghematan keuangan.

“Bayangkan juga nanti biaya dan risiko konversi dari yuan ke dolar AS, kemudian ke rupiah akan berkurang. Tidak perlu lagi dobel-dobel konversi, ini akan untungkan pengusaha karena biaya keuangan akan berkurang,” pungkasnya.

Transaksi Dagang Siap Pakai Rupiah-Yuan, Analis: Jaga Stabilitas Rupiah

Hubungan Indonesia dan China terlihat kian mesra dengan segera berlakunya transaksi perdagangan kedua negara pakai yuan, tidak lagi dolar Amerika Serikat (AS).

Transaksi Perdagangan RI-Cina Tak Akan Lagi Pakai Dolar, Ini Keuntungannya

]